Header Ads

Nurmilad Boarding Schol (NBS), Lempong, Kabupaten Wajo, Sul-sel adalah lembaga pendidikan keagamaan, di dalamnya dikembangkan pendidikan formal yaitu SMP dan SMA Nurmilad Boarding School yang dirancang menjadi percontohan Nasional pendidikan umum dan agama (berbasis pesantren). Salah satu konsep pendidikan NBS adalah "Membentuk insan intelektual yang qur'ani".

Breaking News

Teroesir (Cerpen Karya Siswa NBS)

TEROESIR
( Karya Kurniansyah, SMA XI NBS)
Di sebuah alam yang berbeda, hiduplah sebuah roh manusia yang berbincang pada Tuhannya, “Sang Pencipta”. Sang pencipta berkata “ Wahai engkau ciptaanku, aku akan mengirimmu ke suatu tempat yang jauh berbeda dari singgasanamu ini. Sang hamba menjawab “ Kenapa demikian? Kenapa aku harus pergi, sedangkan akau lebih suka disini, lebih nyama disini bersama-Mu”. Tuhan kembali berkata “ Kau tak seharusnya terus tinggal disini dan kau harus ketempat itu dan yakinlah kau akan suka disana”. Sang hamba: Lantas dengan siapa aku di sana, pada siapa aku harus meminta dan mengadu saat aku ada di sana. Dan kalaupun ada terus kupanggil, apa dia Ya Tuhanku?” Tuhan menjawab “ Sesungguhnya aku telah mengirimmu pada satu tempat yang mana kamu akan dijaga oleh seorang malaikat. Pada tempat itu yang bisa kau panggil “rumah” dan malaikat pernjaganya kau panggil dengan “Ibu”
17 Juli 1999. Hembusan nafas pertamaku, seorang anak laki-laki dimuka bumi ini yang lahir disebuah keluarga yang Sakinah, Mawadah, dan Warohmah. Aku diasih dan dikasihi sepanjang hari. Dia merawatku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tak terasa 6 tahun berlalau. Kami lalui segala rintangan, cobaan yang ada dengan seyuman dan cinta kasih bersama Tuhan. Suatu hari, ada sebuah peristiwa yang sangat mebuat aku shok, peristiwa yang mengambil sesosok orang yang paling aku sayangi, yang aku cintai dan orang itu kusebut sebagai malaikatku yaitu Ibuku. Ibuku tewas dalam perjalanan pulang dari acara temanya dalam suatu kecelakaan. Sungguh tak kuasa apa yang kurasa. Perasaanku menjadi amburadul terpancar dan tercampur jadi satu bahkan, peristiwa ini  menjadi awal dari kekalahan hidupku.
Setelah Ibu pergi, kami hanya tinggal berdua dengan Ayah. Aku bersekolah seperti anak yang lainnya tapi hidupku berbeda dengan mereka. Sejak Ibu pergi ,cinta kasih yang dulu aku damba-dambakan telah tiada, kadang kala hal ini membuatku meneteskan air mata. Siapa yang tidak tahan, coba? Ketika anak lain diantar oleh kedua orangtuanya ke sekolah dan saat berpisah dikecup keningnya sedangkan aku datang ke sekolah hanya seorang diri tanpa kecukupan dan uang jajan. Ku berjalan berkilo-kilo seorang diri kedang kuberangkat subuh datang jam 8 pulang siang sampai sore, dan yang paling menyakitkan pada saat aku melihat seorang Ibu membelikan ice cream pada anaknya. Aku menangis sebab teringat Ibu waktu kami bersama, akupun berdoa “ Tuhan, akaknkah dia masih bisa kembali padaku dan bersamaku lagi”.

5 bulan berlalu,kehidupanku masih saja begitu. Masih haus kan cinta kasih seorang Ayah dan Ibu. Suatu hari, ayah menikah lagi tanpa sepengetahuanku dan membawa istri barunya keruma kecil kami. Awalnya aku berpikir bahwa ini akan jauh lebih baik dengan kehadiran sesosok wanita pengganti Ibu. Tapi alam berkata lain, surga yang aku nanatikan berubah menjadi neraka. Ayah makin berubah dan mulai kasar kepadaku.
7 Juli 2010 merupakan awal aku berlajar di Sekolah Mengah Pertama. Di SMP aku tak punya teman satu pun karena mereka pikir aku adalah orang bodoh, miskin, yatim dan lain-lain. Tapi, aku tak peduli sebab aku yakin pada Tuhan bahwa Ia tidak menciptakan hambanya tanpa tujuan. Jadi, kujalani saja dengan santai “ Just Fun and Enjoy”. Suatu hari salah seorang anak merayakan ulang tahunnya dan sempat membuat aku berpikir “ Kenapa Ulang Tahunku tidak pernah dirayakan”.
Sepulang dari sekolah aku pun bertanya pada ayah “Ayah, boleh tidak aku merayakan ulang tahunku? Aku tak pernah merayakan ulang tahun walau sekali pun”. Tapi, respon Ayah berbeda. Ayah berkata “ anak sialan, tidak tahu diuntung, malah minta ini itu, kerja saja tidak becus mau minta yang aneh-aneh”. Dan kujawab “ tapi ayah”. Ayah berkata lagi, “kamu itu bikin susah orang tua saja”. Dan Ibu pun berkata “ Iya, lebih baik kamu pergi saja. Keluar kamu dari sini, dasar anak sialan!”
Gila, aku diusir dari rumah sendiri dan oleh Orang Tua sendiri, betapa perih yang kurasa. Akapun pergi dengan membawa tas yang berisikan pakaian dan tak tahu harus kemana? Aku hanya bisa berdo`a agar seorang membantuku. Tak lama kemudian, akupun dipungut oleh seorang nenek dan memasukkanku di sebuah pantai asuhan. Aku sangat bersyukur akan hal itu.
Tapi lagi-lagi, apa yang aku harapkan tak sesuai kenyataan disana. Aku lagi- lagi mersa sangat tertekan dan hanya dan hanya bisa menangis melihat perlakuan mereka. Setiap hari aku dicaci, dimaki, dipukul, dihukum sedang yang lain tidak, padahal aku tak berbuat apa-apa. Parahnya lagi di panti ini bukan hanya guru/pembiana panti bahkan anak panti lainnya sangat benci padaku. Setiap hari aku dikeroyok, pakaianku dibuang di got, bahkan sesekali dikencingi. Betapa sakit yang kurasa. Andai saja Ibu masih ada, maka tak begini jadinya. “ Ibu tolong aku, bantu aku Ibu”. Aku sangat merindukan sesosok Ibu. Tapi aku tak boleh larut dalam kesedihan. Aku harus bangkit dan berjuang seperti kata Ibuku “ Tetap semangat, jangan sedih karena semua pasti ada jalannya. Tuhan akan selalau bersama kita”. Meskipun kalian mencaci makiku, mengata-ngatainku. Itu gak masalah karena Ibu juga berkata “ ketika seorang menginamu, maka bersabarlah kau. Tuhan pasti aan membalasnya, kalau bukan sekarang suatu saat pasti akan dibalasNya”. Dalam hatikun berkata pada mereka “ingat hari ini, kalian boleh berbuat dan berkata apapun ke padaku, tapi suatu hari nanti akan ku beli mulut-mulut kalian dengan kesuksesanku.
Mulai hari ini, aku berjuang sendirian dan tak butuh belas kasihan juga tak butuh ulur tangan orang lain sebab aku percaya pada Tuhanku yaitu Allah SWT. Tuhan pasti tahu yang terbaik untukku. Ibu, setiap saat aku mendoakanmu, agar engkau diterima disisi orang – orang yang beriman, disisi Tuhan di Surga-Mu Ya Allah.
Mungkin hari ini aku gagal, tapi besok aku akan mencoba lagi. Hari ini aku terjatuh, esok aku akan bangkit kembali. Hari ini aku rubuh, namaun esok aku akan bertahan karena aku selalau ingat bahwa “ MASIH ADA TUHAN” (Kurniansyah)

Tidak ada komentar