Sebuah Renungan "Hidup Dalam Kekuasaan Allah" oleh Drs. H.M. MANSYUR, MM (Direktur Kerjasama & Pengembangan NBS)
Pengantar
Sebuah ilustrasi yang sangat masyhur, seorang pencuri yang tertangkap, sedang diproses oleh seorang Hakim. Lalu si pencuri berkata membela diri ”Wahai tuan hakim, sungguh tidak pantas tuan menghukum saya”, karena apa yang saya lakukan ini sesungguhnya sudah diketahui oleh Allah dan Allah membiarkannya (mengizinkannya), dan sesungguhnya Allah-lah yang berkehendak atas terjadinya pencurian ini, dan kita semua tahu, di Lauh al-Mahfudz sesungguhnya telah tertulis semua aktivitas kita dari mulai dilahirkan sampai kita menemui ajal, termasuk pencurian ini sesungguhnya telah tertulis di kitab tersebut, sehingga tidak pantas tuan hakim menjatuhkan hukuman kepada saya, karena perbuatan ini bukan karena kehendak saya”. Hakim tersebut lalu berfikir tentang hal tersebut, setelah lama berfikir akhirnya ia mengeluarkan keputusan untuk menghukum si pencuri itu. ”Baik, masukkan dia kedalam sel penjara!”, ujarnya. Si pencuri protes kepada tuan hakim dengan penjelasannya yang panjang lebar tadi, yang intinya adalah pencurian itu bukan kehendaknya tetapi kehendak Allah, atau sudah nasibnya. Sang hakim pun berkata dengan tenang ”Sebenarnya saya tidak mau menjatuhkan hukuman kepadamu, tetapi bagaimana lagi, ini juga kehendak Allah, dan di Lauh al-Mahfudz juga sudah tertulis pada hari ini dan waktu ini saya mengeluarkan hukuman penjara bagimu!”
Hidup ini Pilihan
Manusia sebenarnya memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu, memilih sesuatu dan menjadi sesuatu. Kebebasan atau kesempatan memilih yang diberikan Allah kepada manusia inilah yang akhirnya melahirkan konsekuensi logis, yaitu pertanggungjawaban manusia atas perbuatan-perbuatan yang dipilih olehnya. Pertanggungjawaban ini di akhirat kita sebut dengan prosesi hisab. Firman Allah dalam surat as Syam 7-10
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Dalam hidup ini ada yang bukan menjadi pilihan manusia, tetapi hak dan ketentuan Allah SWT, kita ini punya Bapak, punya Ibu, itu bukab pilihan kita, kita menjadi bangsa Indonesia juga bukan pilihan kita, itulah ketentuan Allah, tetapi kalau kita lemah, malas beribadah, malas baca, malas aktif pada kajian Islam, malas membaca dan mengkaji Al-Qur’an, kita mahasiswa dengan Indeks Prestasi yang pas-pasan itu adalah pilihan kita. Pada seorang individu, selain perbuatan-perbuatan atau kejadian-kejadian yang bisa dipilih dan berada di dalam kendali manusia untuk memilihnya, kejadian-kejadian dimana manusia tidak mempunyai pilihan atasnya, dan dipaksakan terjadi atas manusia itu, serta sudah ditetapkan atas manusia, baik dia suka maupun tidak, misalnya manusia pasti akan mati, wanita memiliki kemampuan melahirkan, pria memiliki kecenderungan kepada wanita, matahari terbit dari timur dan terbenam di barat dan lain-lain. Dalam hal ini, Allah tidak memberikan ruang kepada manusia untuk memilih, sehingga apapun yang terjadi, manusia tidak perlu atau tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi, karena hal itu tidak dapat dipilihnya. Allah pasti mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada dunia yang diciptakan-Nya, ia juga mengetahui semua perbuatan hamba-Nya, baik yang telah kita perbuat, yang sedang kita buat maupun yang akan kita perbuat. Dan kita pun tahu bahwa apa pun yang menjadi kehendak Allah pastilah terjadi diatas muka bumi ini. Kita pun yakin bahwa semua perbuatan kita dari lahir hingga mati sesungguhnya telah tertulis di Lauh al-Mahfudz. Tetapi, semua itu tidak berarti kita tidak bisa memilih apa yang kita perbuat.
Jadilah Manusia Bijaksana
Manusia ini cenderung lebih siap untuk memerasakan, menerima kebahagiaan dan menerima keberuntungan, daripada merasakan, menerima kesedihan dan menghadapi kemalangan, sekalipun hal ini sangat manusiawi, namun, harus juga kita fahami bahwa kita baru benar-benar berhak atas kebahagiaan, kesenangan yang hakiki jika kita mampu mengatasi dan menerima segala sesuatu yang menjadi sumber ketidak bahagiaan itu sendiri. Coba kita renungkan bersama, seandainya kehidupan ini hanya memiliki satu sisi, dan meniadakan sisi yang lainnya, tentu kita tidak akan tumbuh menjadi hamba yang bijaksana. Sebab, kita hanya mungkin mengetahui kebaikan dan kebahagiaan saja, tanpa mengetahui atau mengenal adanya keburukan dan kesedihan dalam hidup ini. Memang, bukan persoalan mudah menjadi pribadi yang bijaksana di tengah-tengah kehidupan yang cenderung menempatkan sukses secara material sebagai satu-satunya indikator kebahagiaan seperti sekarang ini. Sebagai umat Islam harus meyakini kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT yang luar biasa bagi hambanya yang taat dan patuh terhadap-Nya, hal itu bukanlah persoalan yang mustahil bagi Allah untuk hamba-Nya. Upaya menuju manusia bijak;
Penutup
Hushnudhon, berprasangka baik kepada Allah, walaupun tidak sesuai/cocok dengan keinginan kita. Karena belum tentu sesuatu yang tidak cocok dengan kita adalah hal yang buruk bagi kita tetapi bisa jadi justru sebaliknya itu adalah takdir terbaik bagi kita sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah: 216 yang berbunyi :
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Di sini kita harus belajar menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, karena bisa jadi sesuatu itu yang akan membawa kita kepada takdir terbaik kita.
Semoga bermanfaat
(H. M. Mansyur)
Tidak ada komentar
Posting Komentar